JATIMTIMES - Pendidikan anak tak bisa lagi diperlakukan sebagai urusan satu arah. Sekolah memang fondasi, tetapi pembentukan karakter sejati tumbuh ketika keluarga dan lingkungan sosial ikut turun gelanggang. Semangat itulah yang terasa kuat dalam Festival Anak Gemilang, hasil kolaborasi Star Gemilang Event Organizer, Jatimtimes.com, dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang, yang digelar di Ramayana Mall Dinoyo, Kamis (25/12/2025).
Festival ini tidak sekadar menjadi panggung lomba dan hiburan anak. Lebih dari itu, ia hadir sebagai ruang strategis untuk menanamkan nilai-nilai karakter sejak dini, mulai dari keberanian berekspresi, kemandirian, hingga kemampuan bersosialisasi. Anak-anak diberi ruang untuk menunjukkan potensi, berinteraksi dengan teman sebaya, dan belajar percaya pada gagasan mereka sendiri. Di tengah hiruk pikuk pusat perbelanjaan, tumbuh proses pendidikan yang hidup dan membumi.
Baca Juga : Catat Lokasinya, Pos Pam dan Pelayanan Nataru Siap Layani Masyarakat di Kota Malang
Pengawas Pembina Disdikbud Kota Malang, Nur Rochmat, S.Pd., menilai kegiatan semacam ini sebagai perpanjangan tangan pendidikan formal. Menurutnya, tanggung jawab membentuk generasi tidak berhenti di ruang kelas. Orang tua dan masyarakat memiliki peran yang sama pentingnya. Festival Anak Gemilang, kata dia, menjadi contoh konkret bagaimana masyarakat bisa ambil bagian aktif dalam proses tersebut.
Ia menekankan bahwa kegiatan berbasis kreativitas dan kompetisi justru membantu anak-anak mengasah banyak aspek sekaligus. Anak belajar berpikir kritis, berani menyampaikan ide, komunikatif, serta terbiasa berinovasi. Proses itu, lanjutnya, juga membantu anak mengenali jati diri dan membangun karakter yang tangguh, tidak mudah ragu, tidak takut mencoba.
Nur Rochmat juga menyoroti pentingnya keberlanjutan kegiatan serupa. Ia mengakui, selama ini Disdikbud Kota Malang sangat terbuka dan mendukung event pendidikan yang digagas masyarakat. Namun, tantangan sering muncul pada sisi sosialisasi ke sekolah-sekolah. Alur informasi yang belum maksimal membuat tidak semua satuan pendidikan bisa ikut terlibat secara optimal.
Ke depan, ia berharap koordinasi bisa diperkuat, mulai dari penyelenggara yang menyampaikan informasi ke dinas, diteruskan ke pengawas, lalu ke kepala sekolah hingga guru dan siswa. Dengan pola komunikasi yang rapi, kegiatan positif seperti Festival Anak Gemilang bisa menjangkau lebih banyak anak.
Harapan itu kian relevan di tengah kondisi anggaran pendidikan yang semakin ketat. Pemangkasan dana membuat sekolah memiliki ruang terbatas untuk menggelar lomba atau kompetisi. Di titik inilah peran masyarakat menjadi krusial. Kegiatan yang diinisiasi pihak luar sekolah justru menjadi angin segar bagi dunia pendidikan.
Baca Juga : Festival Anak Gemilang Jadi Ruang Kolaborasi Pendidikan, Disdikbud Kota Malang Beri Dukungan Penuh
“Karena itu, kami sangat berharap dan sangat mendukung masyarakat untuk terus menyelenggarakan kegiatan seperti ini,” ujarnya.
Untuk diketahui, bahwa rangkaian perlombaan dalam Festival Anak Gemilang terdapat beberapa kategori lomba. Ajang ini menghadirkan Olimpiade Matematika, Sains, dan Bahasa Inggris untuk jenjang TK, SD kelas 1-6 (per kelas), hingga SMP.
Tak hanya akademik, festival seni juga jadi magnet utama. Lomba mewarnai dengan tema Hari Ibu untuk kategori KB/TK, SD 1–3, SD 4–6, hingga SMP. Kemudian, ada pula lomba tarik suara bagi mereka yang punya suara emas. Selain itu adapula perlombaan seni tari untuk TK hingga SMA/umum. Khusus tari grup.
